Kabarmuslimah - Pada zaman Nabi tersedia seorang pemuda yang bernama Alqomah. Dalam kesehariannya, ia rutin rajin menjalankan ibadah semacam shalat, puasa maupun bersedekah. Hingga sebuahketika ia mengalami sakit yang teramat parah, Salah satu kerabat yang menonton faktor tersebut berucap bahwa Alqomah sedang mengalami sakaratul maut.
SILAHKAN SIMAK DAN JANGAN LUPA SHARE..
Yang mengherankan merupakan entah kenapa Alqomah yang rajin beribadah sangat susah untuk mengucapkan lafadz syahadat pada saat menjelang dicabut nyawanya. Istrinya pun meminta pertolongan pada seseorang supaya menemui Rasulullah dengan tujuan memberi tau pesan mengenai kondisi suaminya yang tengah menderita.
Seusai pembantu tersebut datang terhadap Rasulullah dan memberi tau kondisi dari Alqomah, Rasul pun menyuruh para sahabatnya semacam Bilal, Ali dan Ammar untuk mendatangi rumah Alqomah. Kondisi yang susah dijelaskan dengan kata-kata tersebut sungguh terkesan oleh mereka bertiga dan saling mempertanyakan di dalam hati mereka mengenai Alqomah yang taat dalam menjalankan ibadah tetapi sangat susah untuk mengucapkan lafadz “Laa ilaha illallah”. Semacamnya lidah Alqomah telah dikunci untuk mengucapkan kata tersebut. Menonton kondisi dari Alqomah yang menderita, Bilal pun memutuskan untuk mendatangi Rasulullah.
Sesampainya di depan Rasullullah dan Bilal menguraikan kejadian yang dialaminya, Rasul pun berucap “Apakah Alqomah tetap mempunyai ayah dan ibu?” Sebab Bilal lumayan tahu kondisi dari Alqomah, maka ia pun menjawab “Ayahnya telah meninggal, tetapi ia tetap mempunyai seorang bunda yang telah tua renta”. Rasulullah kemudian mengatakan “Baiklah Bilal, temuilah bunda Alqomah dan aku titipkan salamku untuknya. Apabila ia tetap sanggup berlangsung, maka dirinya bisa menghadapku. Apabila ia terbukti tidak bisa maka aku yang bakal ke sana.
” Seusai mendengar perintah dari Rasulullah SAW, Bilal pun langsung menuju rumah bunda Alqomah dan memberi tau apa yang dikatakan oleh Rasulullah tanpa mengurangi sedikit pun.
Ibu Alqomah pun mengatakan “Biarlah aku yang berangkat menemui Rasulullah”. Dengan sedikit tertatih-tatih dan dengan bantuan tongkat yang menjadi penyangganya, bunda Alqomah pun menemui Rasulullah dan mengucapkan salam yang disambut dengan jawaban dari Rasulullah. Rasulullah mengatakan “Bisakah bunda menceritakan kondisi Alqomah yang sebetulnya? Kenapa ia nampak kesusahan untuk mengucapkan “Laa ilaha illallah”. Setahu saya Alqomah merupakan hamba yang rajin beribadah lagi taat”. Dengan tegas ibunda Alqomah menjawab “Itu sebab saya yang murka kepadanya wahai Rasulullah.” “Mengapa engkau murka terhadap Alqomah?” Rasul terus penasaran dengan ucapan ibunda Alqomah. “Ini sebab Alqomah lebih mementingkan istrinya dibandingkan dengan aku yang menjadi ibunya. Alqomah telah menyakitiku.
Ia berani menentangku demi untuk menuruti keinginan dari istrinya.” Kini Rasulullah mengerti dengan kondisi Alqomah yang susah melafadzkan “Laa ilaha illallah” tersebut dikarenakan ibundanya telah murka bakal Alqomah. Rasul pun menganggukkan kepalanya tanda beliau telah mengerti. Sesaat kemudian, Rasulullah terbuktigil Bilal dan menyuruhnya untuk mengumpulkan kayu bakar setidak sedikit-tidak sedikitnya untuk Alqomah. Mendengar faktor tersebut, bunda Alqomah langsung bertanya keheranan “Ya Rasulullah mengapa engkau mau membakar anakku di depan kedua mataku? Bagaimana perasaanku kelak saat menontonnya?” Bunda mana yang tega menonton anaknya dibakar cocok di depan matanya. Walau ibunda Alqomah murka, tetapi kasih sayangnya tidak tega apabila Alqomah wajib dibakar nasib-nasib. Rasulullah menjawab “Wahai ibunda Alqomah, sejatinya siksa dari Allah di akhirat benar-benar lebih kejam. Amal yang telah Alqomah kerjakan selagi ini tidak bisa diterima oleh Allah sebab murka yang engkau berbagi. Kebaikan yang selagi ini Alqomah perbuat dengan ikhlas tidak sanggup menahannya dari siksa api neraka”. “Apabila engkau terbukti ingin Alqomah selamat dari api neraka, maka engkau wajib memaafkan dan merelakan apa yang telah Alqomah perbuat.” Mendengar faktor tersebut, bunda Alqomah pun memafkan anaknya sebab ia tidak sanggup apabila wajib menonton Alqomah tersiksa dalam api neraka. Seusai mendengar apa yang disampaikan oleh ibunda Alqomah, Rasulullah pun meminta Bilal untuk mendatangi rumah Alqomah dan memeriksa apakah Alqomah telah bisa mengucapkan kalimat syahadat alias belum. Ketulusan rasa maaf dari seorang bunda bakal anaknya telah terbukti. Bilal yang telah hingga di depan pintu rumah Alqomah mendengar bahwa Alqomah telah mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah” dengan lancar dan wafat dalam kondisi yang baik. Bilal pun masuk kedalam rumah tersebut dan menceritakan sebab Alqomah sukar untuk mengucapkan kalimat syahadat. Amal yang selagi nasib Alqomah perbuat nyatanya tidak sanggup membendung murka dari ibunya sendiri. Alqomah segera dimandikan, dikafani dan dishalatkan yang dipimpin oleh Rasulullah. Berakhir menguburkan, Nabi Muhammad SAW berpesan: “Wahai sahabat Muhajirin dan Anshar. Siapa saja yang lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya maka ia terkena laknat Allah, malaikat dan manusia semuanya. Bahkan Allah tidak menerima darinya ibadah fardhu dan sunnatnya, kecuali apabila bertaubat benar-benar terhadap Allah dan berbuat baik pada ibunya dan meminta keridhoannya. Sebab ridha Allah terpaut dengan ridha bunda dan murka Allah juga dalam murka seorang ibu” Subhanallah.. Sahabatku.. Masihkah kami mendurhakai seorang bunda yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita? Rasanya sungguh hina diri ini apabila wajib merasa bahagia di tengah penderitaan orang tua khususnya bunda dan mengesampingkannya. Semoga kisah nyata diatas bisa kami ambil pelajaran dan hikmahnya, Mari kami mengabdi terhadap bunda dan ayah kami dengan sekuat tenaga selagi mereka berdua tidak menyuruh berbuat maksiat terhadap Allah SWT. Apabila Kisah Nyata Ini Berguna,Silahkan Share...
No comments:
Post a Comment